Barat Tutup Kedutaan karena Demo Menentang Pembakaran Al Quran, Turki Geram

foto
TEMPO.CO, Jakarta – Turki terlihat geram atas tindakan sejumlah negara Barat termasuk Amerika Serikat dan Jerman, yang menutup operasional kantor perwakilannya karena alasan keamanan menyusul maraknya demonstrasi menentang pembakaran Al Quran di sana.
“Kami melihat penutupan konsulat tanpa berbagi rincian informasi dengan kami sebagai hal yang disengaja,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kepada wartawan, Jumat, 3 Februari 2023.
Baca juga Kecam Pembakaran Alquran di Swedia, Warga Turki Bakar Bendera Swedia
Ia mengatakan, negara-negara Barat itu tidak memberikan informasi apa pun untuk mendukung pernyataan mereka bahwa ancaman keamanan telah mendorong mereka untuk menutup misi mereka di negara tersebut.
Cavusoglu menilai mereka sengaja mengesankan Turki sebagai negara yang tidak stabil dengan menutup sementara kedutaan dan konsulat dan mengeluarkan peringatan perjalanan menyusul insiden pembakaran Al Quran di Eropa.
“Jika mereka ingin memberi kesan bahwa Turki adalah negara yang tidak stabil yang menghadapi ancaman terorisme, tindakan ini tidak sejalan dengan hubungan persahabatan dan sekutu kita.”
Pekan lalu, Prancis, Jerman, Italia, Amerika Serikat, dan lainnya mengeluarkan peringatan kepada warganya tentang peningkatan risiko serangan di Turki, khususnya terhadap misi diplomatik dan tempat ibadah non-Muslim, setelah protes pembakaran Al Quran di Swedia dan Belanda. .
Minggu ini, negara-negara termasuk Jerman, Prancis, Belanda, Belgia, dan Swiss untuk sementara menutup misi diplomatik di Turki, dengan alasan keamanan.
Pada hari Rabu, Turki memanggil duta besar dari sembilan negara Barat untuk mengkritik keputusan tersebut, seperti yang dikatakan menteri dalam negeri, Suleyman Soylu, di Twitter bahwa Barat sedang mengobarkan “perang psikologis baru” di negaranya.
“Mereka mengatakan ada ancaman teror… Tapi ketika kami bertanya apa sumber informasinya dan siapa pelaku serangan tersebut, mereka tidak membagi informasi apa pun dengan otoritas intelijen dan keamanan kami,” kata Cavusoglu.
Selama sebulan terakhir, aktivis sayap kanan membakar salinan kitab suci umat Islam, Al Quran, di Swedia, Denmark, dan Belanda, tindakan yang mendorong Turki untuk menunda negosiasi untuk mencabut keberatannya terhadap Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO.
Turki telah meningkatkan langkah-langkah keamanan di sekitar kedutaan dan konsulat asing setelah insiden pembakaran Al Quran, kata Cavusoglu.
“Tetapi kami melihat beberapa negara yang tidak ada hubungannya dengan insiden ini juga menutup konsulatnya. Kami mendapat informasi bahwa beberapa negara meminta negara lain untuk menutup konsulatnya,” katanya.
Turki akan mengambil “beberapa langkah tambahan” jika negara-negara ini kembali menutup misi diplomatik mereka tanpa berbagi informasi, kata Cavusoglu.