12 Cerita Dongeng Fantasi yang Menarik untuk Pengantar Tidur Anak

12 Cerita Dongeng Fantasi yang Menarik untuk Pengantar Tidur Anak

Dongeng fantasi merupakan salah satu cerita yang disukai oleh anak-anak. Dongeng fantasi biasanya menceritakan mengenai keajaiban, sihir, ataupun hal-hal menakjubkan lain yang seru dan menyenangkan bagi Si Kecil.

Cerita-ceritanya yang sarat imajinatif membuat dongeng fantasi banyak digunakan oleh orang tua termasuk Bunda untuk mestimulasi daya pikir Si Kecil. Anak-anak biasanya mudah menangkap hal-hal yang membuat mereka terhibur dan terkesima, salah satunya melalui cerita fantasi. 

Namun terkadang, Bunda sering kebingungan untuk memilih dongeng fantasi terbaik dan mengandung pesan moral untuk Si Kecil. Kini Bunda tak perlu khawatir lagi. Bunda dapat menyimak kumpulan dongeng fantasi beragam cerita berikut yang menarik dan tentunya mengandung nilai-nilai kebaikan. 

Simak ulasannya berikut ini ya, Bunda!

Baca Juga : 20 Dongeng Sebelum Tidur Penuh Makna dan Mendidik

1. Cerita fantasi Kupu-kupu Saputangan

Mengutip buku Dongeng Ajaib, penerbit Noura ( 2017) berikut dongeng fantasi panjang tentang Putri Marina dan koleksi saputangan miliknya. 

Kupu-kupu Saputangan 

Namanya Putri Marina. Di sebuah kerajaan bernama Awan Biru, hidup seorang putri raja yang cantik jelita. Putri Marina mempunyai hobi atau kesukaan yang agak unik, dia sangat menyukai saputangan. Ya, Putri Marina mengumpulkan saputangan banyaaak sekali. 

Setiap hari dia meminta penjahit istana untuk membuatkannya saputangan baru. Syaratnya, dia tidak mau saputangan yang sama. Saputangannya harus berbeda setiap hari. Karena semua orang tahu bahwa Putri Marina sangat menyukai saputangan, setiap tamu yang datang ke istana akan membawa oleh-oleh beberapa lembar saputangan cantik untuk Sang Putri. Putri Marina pasti akan kegirangan menerimanya. 

Setelah memandang-mandang dan mengelus-elus saputangannya sampai puas, Sang Putri pun akan segera membawanya ke kamar dan memasukkannya ke sebuah lemari ukiran yang sangat besar, yang seluruh isinya adalah saputangan!

Bisa dibilang, Putri Marina punya saputangan beragam model, warna, dan gambar apapun di lemarinya. Mulai dari yang polos nan lembut sampai yang permukaannya penuh gambar bunga berwarna-warni. 

Suatu hari, tak cukup hanya mendapat saputangan dari tukang jahit istana dan para tamu kerajaan, Putri Marina merengek meminta ayahnya, Sang Raja, untuk mengumpulkan saputangan-saputangan dari seluruh negeri. 

“Ayolah, Ayah, aku ingiiin sekali mendapatkan saputangan yang dimiliki seluruh perempuan di kerajaan kita. Pasti banyak sekali. Coba Ayah bayangkan, aku memiliki semua saputangan itu, melengkapi koleksiku di lemari!” Begitu sayangnya Sang Raja kepada putrinya, akhirnya Raja mengikuti kemauan Putri Marina. 

Dia mengumumkan ke seluruh negeri untuk mengumpulkan semua saputangan yang ada di wilayahnya untuk diberikan kepada putri raja. “Sebagai tanda cinta rakyat Awan Biru kepada Putri Marina, semua penduduk perempuan yang memiliki saputangan harus menyerahkan semua saputangannya kepada pengawal istana yang akan berkeliling ke desa-desa,” begitu bunyi pengumumannya. 

Meski merasa agak janggal, semua perempuan di Kerajaan Awan Biru mulai mengumpulkan saputangan-saputangan mereka. Beberapa perempuan agak sedih berpisah dengan saputangan kesayangan mereka, sebab di antaranya memiliki kenangan. Namun, mereka tetap merelakannya untuk dibawa pengawal.

Bisa kau bayangkan! banyaaak sekali saputangan yang terkumpul. Jumlahnya ribuan!

Begitu melihat rombongan pengawal istana membawa saputangan-saputangan itu ke halaman istana, hati Putri Marina berdebar-debar saking senangnya. Baru kali ini dia mendapatkan saputangan begitu banyaknya dalam satu waktu. Sang Putri girang bukan kepalang. 

Dia langsung menyambut rombongan pengawal, membuka kereta yang membawa tumpukan ribuan saputangan, melompat ke atasnya, dan menari-nari gembira bermandikan saputangan-saputangan itu. Marina tidak Putri pun mempermasalahkan saputangan-saputangan itu cantik atau tidak, yang penting dia bisa memilikinya. 

“Pengawal, minta tukang cuci istana untuk mencuci bersih semua saputangan ini dan beri pewangi! Setelah itu, lipat yang rapi dan masukkan ke lemariku,” perintah Putri Marina dengan wajah yang begitu semringah.

Begitulah, saputangan-saputangan yang tadinya milik para perempuan di seluruh kerajaan itu kini masuk ke dalam lemari besar Sang Putri. Tunggu dulu, ceritanya tidak hanya sampai di sini. 

Tahukah kamu, di dalam lemari yang penuh sesak dengan saputangan-saputangan cantik itu, terjadi huru-hara. Para saputangan lama milik Sang Putri marah-marah, karena lemari tersebut semakin sesak akibat masuknya saputangan-saputangan dari desa-desa. 

“Aduuuh, kalian bikin tambah sesak lemari ini!” seru saputangan merah jambu bergambar bunga lili. 

“Iya, nih, kenapa sih kalian mesti dimasukkan ke sini juga?” sungut saputangan bergambar kelinci.

“Maaf, ya, Teman-teman. Kami sebenarnya juga tidak mau berada di sini. Kami lebih senang bersama pemilik-pemilik kami sebelumnya,” ujar saputangan bergambar laut biru sedih. 

“Jadi, kalian tidak senang berada di lemari megah Putri Marina ini?” tanya saputangan bunga lili. 

“Bukan begitu, kalau di sini, kami hanya berada terus di dalam lemari. Kalau dulu , kami selalu dibawa pemilik kami. Meski kami harus mengelap keringat mereka, tapi kami bisa ikut ke mana pun pemilik kami berjalan,” jelas saputangan bergambar pohon rambutan. 

“Memang apa enaknya panas-panasan atau kehujanan di kantong tuan kalian yang bau?” tanya saputangan bergambar kucing setengah mengejek.

“Kami bisa ikut merasakan percikan air segar di sungai atau mencium wangi roti bakar di ujung jalan saat tuan kami membawa kami berjalan-jalan,” ujar saputangan bergambar jerapah, matanya terpejam seakan membayangkan kata-katanya. 

“Iya, aku juga kangen dengan pemilikku dulu. Dia adalah nenek tua yang selalu membelai lembut punggungku setiap kali dia rindu suaminya yang telah meninggal. Aku ini saputangan pemberian suaminya itu. Sang nenek sayang sekali kepadaku,” timpal saputangan berukir bunga mawar sambil menitikkan air mata . 

Satu per satu, saputangan-saputangan dari berbagai desa menceritakan pengalaman mereka. Ada yang dulu pemiliknya adalah bocah lima tahun yang sering menangis dan mengusapkannya ke pipi si bocah, ada yang dulu pemiliknya adalah tukang bunga yang sering menggunakannya sebagai penutup senyumnya karena dia begitu pemalu, ada yang dulu pemiliknya adalah seorang ibu yang begitu sayang kepada anak-anaknya dan memasukkan si saputangan ke tas-tas sekolah mereka. 

Begitu banyak cerita yang mereka ungkapkan, beraneka ragam dan semakin menarik. Lama-lama, para saputangan yang sejak awal dimiliki Sang Putri menjadi iri. Mereka memang bangga menjadi saputangan yang dimiliki Putri Marina, tapi selama ini mereka hanya berada di dalam lemari.

Sesekali Putri Marina menengok mereka, membuka lemari lebar-lebar, memandangi mereka helai per helai, tapi setelah itu pintu lemari ditutup kembali. Tak pernah mereka merasakan percik air sungai, mencium wangi roti bakar, atau sekadar menjadi penutup senyum yang malu-malu.

Ssst… diam-diam, saputangan-saputangan kerajaan itu juga ingin merasakan apa yang dialami teman-teman mereka dari desa. “Ah, sepertinya menarik sekali kehidupan kalian dulu, ya. Aku jadi iri,” ucap saputangan bergambar kelinci. 

“Iya, aku sebenarnya juga bosan tinggal di dalam lemari terus. Apa gunanya kita diciptakan jika hanya untuk disimpan?” ujar saputangan bergambar anak gajah. 

“Kalau begitu, kita keluar saja dari sini!” seru saputangan bercorak bunga sepatu. 

“Sungguh? Apakah tidak apa-apa?” tanya saputangan berenda ragu-ragu. 

“Iya , kalau bersama-sama , kita bisa kok membuka pintu lemari besar ini!” seru saputangan bunga sepatu bersemangat. 

“Iya, ayo kita terbang keluar bersama-sama!” sahut saputangan bunga mawar tak kalah semangat. 

“Ayo-ayo!” banyak saputangan bersahutan mendengar ide ini. Lalu, keajaiban pun terjadi. Saputangan-saputangan itu mulai bergerak dan mengepak ngepakkan diri. Mereka bergerak bersama-sama dan mulai mengepak-ngepak dengan keras. 

Tiba-tiba, “Braaak!” Pintu lemari terbuka dan terbanglah mereka keluar lemari. Ribuan saputangan terbang keluar dari lemari megah Sang Putri menuju jendela yang terbuka lalu keluar dari istana. mereka terus mengepak-ngepak seperti seekor kupu-kupu yang begitu mahir terbang. 

Ajaib sekali, saputangan-saputangan itu membuat orang-orang ternganga melihatnya. Putri Marina yang akhirnya melihat kejadian itu menjerit-jerit kebingungan. “Tidak!!! Saputangan-saputanganku!!!” jeritnya berulang-ulang sambil berlarian mengejar. 

Para pengawal ikut mengejar, tapi tak ada yang berhasil menangkap satu pun karena saputangan-saputangan itu terbang terlalu tinggi. Putri Marina menangis sejadi-jadinya menyaksikan saputangan-saputangan koleksinya terbang. 

Bayangkan, ribuan saputangan cantik itu terbang memenuhi langit, menyebar ke segala arah mencari tempat asal mereka. Saputangan-saputangan kerajaan yang tadinya bingung hendak ke mana, memutuskan untuk terbang begitu saja mencari pemilik baru yang akan membawa mereka berjalan-jalan setiap hari. Mereka membayangkan, meski lelah dan berkeringat di dalam kantong para pemilik baru, mereka akan mendapatkan pengalaman-pengalaman menarik selain hanya disimpan di dalam lemari. 

Maka, terbanglah mereka bersama-sama menuju ke segala arah. Ada yang sengaja menjatuhkan dirinya di pangkuan seorang wanita yang sedang memangku bayinya, ada yang masuk begitu saja ke kantong baju seorang wanita yang sedang memetik sayuran di kebunnya. ada yang menyisip ke bawah bantal di kamar seorang penari sirkus.

Para pemilik saputangan lama yang beberapa di antaranya masih sedih kehilangan saputangan yang menyimpan kenangan dalam hidup mereka, berseru senang ketika saputangan saputangan mereka kembali.

Begitu juga si nenek yang sangat merindukan saputangan pemberian almarhum suaminya. Suasana hiruk-pikuk terjadi di berbagai desa saat saputangan-saputangan itu kembali kepada pemiliknya.

Sementara itu, Sang Putri sendiri begitu sedih saat melihat hanya beberapa helai saputangan yang tertinggal di lemarinya. Saputangan-saputangan itu adalah saputangan yang masih ingin menemani Sang Putri meski hanya disimpan di dalam lemari.

Sang Raja pun menghampirinya dan berkata, “Mungkin mereka bosan selama ini terus berada di dalam lemari. Mungkinkah kau menyimpan yang tersisa saja dan sesekali mengajak mereka berjalan-jalan bergantian supaya mereka tidak bosan dan lari seperti yang lain?”

Sambil terisak, Putri Marina menjawab, “Iya mungkin Ayah benar. Aku sedih sekali saputangan-saputanganku pergi. Tapi mungkin mereka lebih sedih karena selama ini aku hanya menyimpan mereka.”

Sejak itu, Putri Marina tidak lagi memiliki banyak barang. Dia hanya memiliki beberapa, tapi dia selalu menggunakannya. Sang Raja senang melihat anak putrinya tidak lagi tergila-gila mengumpulkan saputangan atau barang apapun sampai lupa diri. 

2. Dongeng fantasi kisah Biru si Peri Hutan

Dongeng fantasi pendek berikut menceritakan mengenai Biru si Peri Hutan dan teman-teman binatangnya yang dikutip dari buku Dongeng Ajaib, penerbit Noura (2017). 

Biru si Peri Hutan

Setiap hari, Biru Si Peri Hutan selalu bangun pagi. Hangat sinar matahari yang masuk ke kamar Biru melalui celah jendela di rumah pohonnya seolah-olah mencubit pipi Biru. Kemudian, Biru kan terbangun dengan cepat dan langsung terbang keluar jendela. 

Ya, seperti semua peri hutan lainnya, Biru memiliki sayap dan bisa terbang. Biru terbang untuk membangunkan semua temannya, sesama peri hutan dan juga binatang-binatang hutan. Sembari terbang, Biru memanggil nyaring dari balik jendela kamar mereka. 

“Teman-temaaan… ayo bangun dan bermain!” seru Biru. Teman-teman Biru pun akan langsung terbangun. 

Ada peri hutan yang langsung terbang keluar jendela membawa boneka tidurnya. Ada juga yang terbang dalam posisi tidur, kepalanya masih melekat di bantal dan tubuhnya masih berselimut.

Sesaat setelah membangunkan teman-temannya, Biru selalu terbang ke puncak pohon tinggi di hutan itu dan terbang berputar-putar. Menikmati mandi cahaya matahari yang hangat. Teman-teman Biru akan menyusulnya. 

Para peri hutan akan terbang ke puncak pohon. Sementara Bekantan, Tupai Putih, dan kucing merah akan memanjat dahan-dahan pohon itu dengan lincah. 

Namun, tidak demikian dengan Enggang. Pada masa itu, Enggang tidak memiliki sayap. Jadi, Enggang hanya bisa melompat-lompat kecil di tanah lapang di dekat pohon tersebut. 

Meskipun begitu, Enggang melakukannya dengan gembira. Bahkan, ialah yang paling ceria di antara teman-temannya. Suaranya pun sama nyaringnya dengan Biru. Begitulah asyiknya suasana di hutan setiap pagi. 

Namun pada suatu hari, suasana pagi sangat berbeda. Matahari tak terlihat, tertutup awan gelap. Hujan turun, namun tidak seperti biasa, kali ini deras sekali. Biru tetap bangun paling pagi, namun kali ini hanya bisa menunggu di balik jendela di dalam rumah. 

Ternyata, teman-temannya juga menunggu. Menunggu Biru, menunggu hujan reda, menunggu untuk bisa keluar dan bermain. Sebelum pagi berakhir, hujan mulai berhenti. Awan kelabu berarak pergi tertiup angin, dan matahari malu-malu mulai datang memunculkan sinarnya. 

Sinar hangat yang ditunggu-tunggu. Tanpa menunda, langsung saja Biru terbang cepat keluar dari jendela dan memanggil teman temannya. Para peri hutan langsung menyambut Biru dan ikut terbang bersamanya. Para binatang hutan juga begitu. Akan tetapi, hujan lebat itu telah membuat dahan-dahan pohon menjadi sangat licin. 

Akibatnya, ketika memanjat pohon, Bekantan terpeleset dan terjatuh. “Aduuh… huhuuu, huhuuu…” Bekantan menangis kesakitan. 

Bekantan terjatuh di dekat Enggang yang seperti biasa, berada di bawah pohon. Dengan suaranya yang lantang, Enggang memanggil teman-temannya turun, termasuk Biru. Enggang menemani Bekantan dan memberinya semangat agar tetap kuat. 

Ketika sampai di bawah pohon, semua terkejut melihat Bekantan. Bahu, kening dan hidung Bekantan terluka, membengkak dan memerah, terantuk-antuk dahan besar saat terjatuh tadi. 

Briu merasa sangat sedih melihat keadaan Bekantan sahabatnya. Air matanya menetes. Perlahan Biru mendekati Bekantan. Biru memeluk Bekantan sepenuh hati. Dan ketika seorang peri hutan memeluk siapa pun dengan sepenuh hati, maka keajaiban akan terjadi. 

Keajaiban yang kali ini terjadi terjadi, beberapa luka Bekantan langsung sembuh seketika. Semua teman Biru terkejut, mereka tidak menyangka Biru akan berbuat seperti itu. Karena peri hutan yang memberikan keajaiban, maka sayapnya akan hilang. 

Betul saja, satu sayap Biru tiba-tiba lenyap. Tapi mengapa hanya satu ya? Ternyata Biru hanya memberi separuh keajaiban kepada Bekantan. Bagaimana dengan separuhnya lagi?

Ternyata Biru menghampiri Enggang. Sahabatnya yang satu ini tetap ceria setiap hari meski tidak bisa bermain di puncak pohon seperti teman-temannya yang lain. Dia jugalah yang tetap memberi semangat pada Bekantan saat teman-teman yang lain hanya bisa bersedih melihat Bekantan. Maka Biru pun memeluk Enggang sambil tersenyum. Sayap terakhir Biru pun lenyap. 

3. Dongeng fantasi dengan cerita terbaik dan menarik: Legenda Candi Prambanan

Dongeng Fantasi berikut menceritakan kisah legenda Candi Prambanan yang terkenal yang dikutip dari buku 36 Dongeng Fantasi Indonesia, penerbit Victory Pustaka Media (2022).

Legenda Candi Prambanan

Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun pada abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.

Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung. 

Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya, bahkan putri dari raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya. Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja.

Dia mau menikah dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.

Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowosa beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai. 

Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.

Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan bahwa tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. 

Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu. 

4. Dongeng fantasi tentang hewan: Kisah Laba-laba, Kupu-kupu, dan Kancil

Dongeng fabel berikut ini mengisahkan menceritakan kisah persahabatan yang dikutip dari buku Dongeng Si Kancil dan Hewan-hewan Belantara, penerbit Noktah (2018).

Kisah Laba-laba, Kupu-kupu, dan Kancil 

Suatu hari, Kupu-kupu terbang ke sana-kemari di pinggiran hutan. Banyak bunga di sekitarnya bergoyang saat Kupu-kupu lewat. Di balik pepohonan, ia bertemu Laba-laba dan Kancil. Laba-laba sedang membuat jaring, sementara Kancil makan dedaunan. 

“Selamat pagi, Kupu-kupu,” sapa Laba-laba.

“Selamat pagi, Laba-laba dan Kancil,” balas Kupu-kupu dengan gembira. “Sedang apa kalian?” 

“Aku sedang membuat jaring, Kupu-kupu,” kata Laba-laba. “Kancil sedang menikmati sarapan.”

“Wah besar sekali jaringmu. Hasil tangkapanmu pasti banyak malam ini,” seru Kupu-kupu, Laba-laba tersenyum. 

“Tidak, Kupu-kupu,” kata Laba-laba merendah. “Meskipun jaringku besar, terkadang tak satu pun nyamuk dan serangga yang hinggap di jaringku. Berbeda sekali denganmu, kamu bisa mengisap madu sebanyak-banyaknya.”

“Betul kata Laba-laba,” imbuh Kancil. “Terkadang aku pun jarang mendapatkan daun dan buah-buahan segar.”

Kupu-kupu tersenyum malu, “Tidak juga, apabila bunga sedang gugur aku kesulitan mendapatkan makanan. Aku harus terbang cukup jauh untuk mencari bunga yang lebih segar. 

Kupu-kupu ingat, sebentar lagi musim panas sehingga banyak bunga yang akan layu. 

“Tidak apa-apa, Kupu-kupu. Tak perlu sedih. Setiap hari, kita bekerja agar bisa mendapatkan makanan. Meskipun susah, kita harus menjalaninya,” kata Kancil. 

“Betul perkataan Kancil,” tambah Laba-laba. 

“Baiklah, teman. Aku pergi dulu. Aku mau melanjutkan mencari bunga yang segar. Kalian selamat bekerja mencari makanan juga.” Kupu-kupu berpamitan, lalu menghilang di antara pepohonan. 

Mereka berpisah dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing. 

5. Cerita dongeng fantasi tentang persahabatan: Balasan untuk Si Monyet

Berikut cerita fantasi pendek yang mengisahkan pentingnya persahabatan yang dikutip dari buku Dongeng Si Kancil dan Hewan-hewan Belantara, penerbit Noktah (2018).

Balasan untuk Si Monyet

Monyet bersahabat baik dengan Penyu. Mereka selalu pergi bersama. Namun sayang, Monyet pelit dan rakus. Sifat ini sangat tidak disukai Penyu. 

“Hei Monyet, aku sudah tidak punya makanan lagi, tolong berilah aku pisangmu satu saja.” Kata si Penyu memohon. 

“Tidak, Penyu. Makananku juga sudah habis. Apa yang akan aku makan besok?” jawab Monyet. 

Penyu sedih mendengar jawab Monyet. Ia pun pulang ke rumah, meninggalkan Monyet yang sedang makan pisang sendirian. Di jalan, ia bertemu Kancil dan Kupu-kupu. 

“Hei, Penyu, mengapa kamu terlihat murung?” tanya Kupu-kupu.

“Aku kelaparan, Teman-teman.” Jawab Penyu. 

“Kasihan sekali. Bukankah Monyet baru saja memanen pisang. Mengapa kamu tak pergi memintanya?” tanya Kancil. 

Penyu menggeleng. “Ia tidak memberiku.”

“Ya sudah, ayo ke rumahku. Aku punya buah-buahan untuk kamu makan.” Kata Kancil. 

Mereka pun pergi ke rumah Kancil. Sesampainya, Penyu makan dengan lahap. Setelah itu, mereka berunding untuk membuat jera si Monyet. Lalu mereka membuat sampan dari batang pohon. 

Sampan itu diberi lubang di dasarnya. Pada hari yang ditentukan, Penyu datang menemui Monyet. “Hei, Monyet, temanku memiliki pohon pisang yang sangat banyak di hutan seberang sungai. Ayo kita ke sana untuk makan pisang.” 

Karena serakah, Monyet mau pergi bersama Penyu. Padahal monyet tidak bisa berenang. Kancil dan Kupu-kupu ikut di sampan. 

Ketika sampai di tengah sungai, Kancil membuka sumbatan di dasar sampan. Seketika air masuk ke dalam sampan. Monyet panik. Dengan sigap, Kupu-kupu terbang. Penyu menceburkan diri ke dalam air, disusul Kancil yang berpegangan pada tubuh Penyu. 

“Tolong aku, Teman-teman!” teriak Monyet. 

“Itulah akibatnya jika kamu bersikap serakah, Monyet!” teriak Kupu-kupu. 

Setelah beberapa waktu, Penyu kasihan dengan nasib Monyet. Ia berenang dan menolongnya. 

“Terima kasih, Penyu. Maafkan aku karena selama ini serakah, Monyet!” teriak Kupu-kupu. Setelah beberapa waktu, Penyu kasihan dengan nasib Monyet. Ia berenang dan menolongnya. 

“Terima kasih, Penyu. Maafkan aku karena selama ini serakah. Aku berjanji akan mengubah sikapku ini.” Kata Monyet. Monyet menempati janjinya kepada Penyu. Mereka pun menjadi sahabat yang lebih akrab dari sebelumnya. 

6. Dongeng fantasi sebelum tidur: Kue Ajaib Kasuari

Dongeng fantasi tentang hewan berikut menceritakan mengenai Kasuari dan kue ajaibnya yang dikutip dari buku Dongeng-dongeng dari Hutan Damai – Kumpulan Fabel Pembentuk Karakter Anak, penerbit Bhuana Ilmu Populer (2020). 

Kue Ajaib Kasuari

Riri Kasuari suka sekali membuat kue. Buku resepnya tebal sekali. Katanya, buku itu dia dapatkan dari ibunya. Sedangkan ibunya mendapatkannya dari neneknya. Demikian seterusnya dan seterusnya.

Setiap penerima buku harus menciptakan resep baru. Lalu resep itu ditambahkan di buku. Itulah sebabnya buku resep itu menjadi sangat tebal.

Pada suatu hari, Riri Kasuari ingin menciptakan resep baru. Dia membuat resep “Kue Tertinggi di Dunia”. Dia mengumumkannya kepada warga Hutan Damai dengan spanduk besar.

Hari Minggu tiba. Riri Kasuari membuat banyak sekali kue tar. Semua kue itu ditumpuk-tumpuk. Makin ke atas, makin kecil. Semua hewan yang datang menyaksikan ingin segera mencicipi. Namun Riri Kasuari belum memperbolehkannya.

“Nanti saja, kalau sudah selesai.”

Koki Riri Kasuari terus menumpuk kuenya. Semakin lama, kuenya semakin tinggi. Dia sampai membongkar atap balai kota, agar kue bisa melampauinya. Sekarang kue itu lebih tinggi dari atap Balai Kota.

“Ya ampun, Riri. Sudah cukup. Jangan terlalu tinggi. Kapan kami boleh memakannya?!”

“Nanti saja, kalau sudah selesai.”

Tak lama kemudian, tinggi kue itu melebihi tinggi menara balai kota. Lalu tiba-tiba angin bertiup kencang. Wuuuzz! Kue-kue itu bertebaran. Dengan ajaib setiap kue mendarat di depan pintu setiap rumah warga Hutan Damai. Maka tak ada satupun warga yang tak kebagian.

“Hore! Ini kue paling ajaib di dunia. Ayo kita makan bersama!”

Semua hewan gembira. Riri Kasuari hanya tersenyum menggaruk-garuk kepalanya. Dia mencoret judul “Kue Tertinggi di Dunia” di buku resepnya, dan mengubahnya menjadi “Kue Paling Ajaib di Dunia.” 

7. Cerita dongeng fabel fantasi untuk pengantar tidur: Hewan Pemakan Rumput

Dongeng fabel fantasi berikut menceritakan kisah Kuda dan Kancil yang dikutip dari buku Dongeng Lengkap Kancil, penerbit Laksana (2020).

Hewan Pemakan Rumput

Kuda asyik mengunyah rumput. Dia tampak sangat lapar. Tubuhnya hitam legam, kekar, dan tinggi. Kancil ketakutan melihat kuda. Tubuh kuda lebih dari Harimau. Kancil mengira Kuda seperti Harimau yang suka memangsa hewan lainnya. 

Baru saja Kancil ingin lari, Kuda menoleh ke arah Kancil. 

“Hei siapa kamu?” aku belum kenal kamu,” sapa Kuda. 

Wah ternyata dia sangat ramah, ucap Kancil dalam hati. Tapi aku harus tetap waspada. 

“Hei, kenapa kamu ketakutan?” tanya Kuda heran. 

“Badanmu besar sekali,” sahut Kancil pelan. 

“Hahaha… badanku memang besar. Bahkan teman-temanku juga ada yang lebih besar.” Kuda tertawa. 

“Apa kamu sama seperti Harimau, suka memangsa hewan lain?” tanya Kancil. 

“Oh, itu sebabnya kamu ketakutan? Aku tidak seperti Harimau. Lihatlah, makananku hanya rumput-rumput ini,” jawab Kuda sambil menunjuk tumpukan rumput di depannya. 

Kancil baru sadar. Kuda memang sedang memakan rumput. Kudu ternyata sama dengan Sapi, Kambing, dan hewan pemakan rumput lain. 

“Kukira kamu seperti Harimau. Oh, iya, aku Kancil.” Ucap Kancil sambil tersipu. 

“Aku Kuda. Sekarang kamu tidak takut lagi, bukan?” tanya Kuda. Wajahnya tersenyum ramah. Meski berbadan besar dan tinggi, Kuda hanya memakan rumput dan tidak menakutkan seperti yang dipikirkan Kancil sebelumnya. 

Mereka berdua berbincang dengan asyik. Hari telah sore, Kancil pun berpamitan pulang. 

“Aku harus pulang, Kuda. Ibuku pasti akan mencariku kalau tidak pulang cepat. Senang berteman denganmu. Besok kita berbincang-bincang lagi, ya,” pamit Kancil. 

“Baiklah, Kancil. Hati-hati di jalan, ya.” sahut Kuda. 

8. Dongeng fantasi yang menarik untuk pengantar tidur: Ulat dan Kupu-kupu

Cerita fantasi menarik sebagai dongeng pengantar tidur Si Kecil berikut dikutip dari buku Dongeng Lengkap Kancil, penerbit Laksana (2020).

Ulat dan Kupu-kupu

Seekor ulat duduk termenung menatap burung-burung yang beterbangan. “Alangkah indahnya mereka. Andai aku punya sayap. Tapi badanku saja jelek begini.” Ucap Ulat pelan. 

“Hai, ulat, apa yang kamu pikirkan?” tanya Kancil yang baru pulang dari mencari makan. 

“Lihatlah burung-burung itu, kancil. Mereka indah sekali. Mereka bisa terbang ke mana pun mereka suka,” 

“Benar sekali, mereka sangat indah. Tapi kenapa kamu tampak sedih?” tanya Kancil. 

“Tubuhku sangat jelek. Aku juga tidak bisa terbang seperti sekarang,” sahut Ulat. 

“Kata siapa kamu jelek? Kamu sangat cantik bahkan aku saja kalah cantik,” ucap Kancil. 

“Tentu saja kamu kalah cantik, Kancil. Kamu, kan, kancil jantan. Huh!” Kancil tertawa melihat wajah Ulat yang bersungut-sungut. “Begini saja. Aku ajak kamu ke temanku yang tinggal di tepi sungai.” 

“Boleh,” sahut Ulat. 

Kancil berjalan ke arah tepi sungai. Ulat duduk di punggung Kancil. Mereka akhirnya tiba di tepi sungai. 

“Wah, mereka cantik sekali! Siapa mereka?” tanya Ulat, yang takjub menatap segerombolan binatang kecil dengan sayap warna-warni. 

“Itu adalah kupu-kupu. Kamu nanti bisa seperti itu.” Kata Kancil. 

“Jangan bercanda, Kancil” ucap Ulat. 

“Aku tidak bercanda,” jawab Kancil, lalu memanggil seekor kupu-kupu dan mengenalkannya dengan Ulat. 

“Hai, Ulat. Aku Kupu-kupu. Sini, aku tunjukkan sesuatu,” ajak Kupu-kupu. Mereka bertiga menuju suatu pohon yang daunnya lebat dan hijau. Banyak ulat yang sedang makan daun-daun itu. Warna kulit ulat-ulat itu tidak jauh beda dengan si Ulat. 

“Beberapa hari lagi, ulat-ulat itu akan menjadi kepompong. Lihatlah di sana, sudah ada ulat yang jadi kepompong. Tidak lama lagi, kepompong itu akan menjadi kupu-kupu seperti aku,” jelas Kupu-kupu. 

“Wah! Berarti aku bisa menjadi seperti kamu? Bisa terbang ke mana pun aku suka?” tanya Ulat, takjub. ” Benar sekali! Sebab itulah, kamu harus banyak makan agar bisa menjadi kupu-kupu yang cantik,” jawab Kupu-kupu. 

“Asyilik! Aku akan jadi kupu-kupu, Kancil!” seru Ulat. Kancil tersenyum senang melihat temannya tidak lagi bersedih. 

9. Dongeng fabel sebelum tidur: Kancil dan Semut

Dongeng Fabel tentang Si Kancil dan Semut berikut dikutip dari buku Dongeng Lengkap Kancil, penerbit Laksana (2020).

Kancil dan Semut

Kancil duduk dengan malas di bawah pohon mahoni. Musim kemarau membuatnya malas ke mana-mana, bahkan sekadar mencari makan. Kancil juga sering menahan lapar karena malas mencari makan. Semut-semut sedang sibuk mencari makanan. Persediaan makanan mereka sarang dan makanan mereka terkena banjir. Mereka pun bahu membahu membuat sarang di tanah yang lebih tinggi dan mengumpulkan banyak makanan. 

“Kancil, kenapa kamu diam saja?” tanya Semut. 

“Aku lapar, Semut,” jawab Kancil. 

“Kalau kamu lapar, ayo cari makanan,” ucap Semut. 

“Cuaca panas sekali, Semut,” sahut Kancil, malas. 

“Bagaimana bisa makan kalau kamu malas?” ucap Semut, lalu pergi meninggalkan Kancil. Kancil kembali tidur-tiduran. 

“Rasa lapar akan hilang kalau kita tidur.” Namun , mata Kancil tak sengaja melihat Semut dan kawan-kawannya berbaris rapi di tanah. Mereka mengangkut makanan, lalu menumpuknya di atas sarang baru mereka. Sarang itu masih dibangun oleh semut-semut lainnya. 

Kancil memperhatikan kawanan semut tersebut dengan teliti. Masing-masing semut tidak ada yang berdiam diri. Ada yang memilah makanan yang layak disimpan dan yang tidak, ada yang mengangkut makanan, serta ada juga yang membuat sarang. Semua rajin dan saling bekerja sama. 

“Semut yang berbadan kecil saja tidak pernah malas. Kenapa aku yang berbadan besar dan bisa berlari kencang malah pemalas begini?” kata Kancil. 

Lalu, Kancil berdiri dan tidak malas lagi. Dia berjalan menyusuri hutan. Kadang dia berlari agar cepat sampai. Semut tersenyum melihat Kancil. 

“Syukurlah, dia tidak malas lagi,” ucap Semut sembari mengumpulkan makanan dengan semut lainnya.

10. Cerita dongeng fantasi yang kaya pesan moral: Cerita Kakek Kura-kura

Dongeng fantasi berikut mengisahkan mengenai kakek kura-kura yang memenangkan lomba lari saat bertanding dengan harimau yang dikutip dari buku Dongeng-dongeng dari Hutan Damai – Kumpulan Fabel Pembentuk Karakter Anak, penerbit Bhuana Ilmu Populer (2020). 

Cerita Kakek Kura-kura

Kakek Kura-kura berada di tengah puluhan cucunya yang duduk melingkar. Semua asyik mendengarkan ceritanya. Kakek Kura-kura sudah sangat tua. Dahulu ia pernah memenangkan sebuah balapan lari. Dia mengalahkan harimau yang terkenal dengan kecepatannya. 

Peristiwa itu terjadi dulu, dahulu sekali. Sebelum rimba ini diberi nama Hutan Damai. 

“Kakek menang, bukan?” tanya kura-kura kecil bercangkang biru. 

“Ya, seperti dongeng yang kalian dengar.”

“Wah!” semua berdecak kagum. 

Sebenarnya cerita ini sudah ribuan kali mereka dengar. Namun para kura-kura kecil tak bosan mendengarnya. Mereka masih merasa takjub. 

Kakek Kura-kura bisa menang karena dia tekun. Meski lambat, dia terus berjalan. Sedangkan Harimau sangat sombong. Dia meremehkan Kakek Kura-kura. 

Harimau bersantai-santai karena menganggap bisa mengalahkan kura-kura dengan mudah. Namun Harimau justru tertidur sangat lelap. 

Akhirnya lomba itu dimenangkan oleh Kakek Kura-kura. Harimau yang sombong merasa malu. Sejak itu, Harimau tak lagi meremehkan Kakek Kura-kura.

“Karena itu, biarpun lambat, teruslah berjalan!” pesan Kakek Kura-kura. Cucu-cucunya mengangguk-angguk mengerti. 

11. Dongeng Fantasi tentang Persahabatan: Kisah Kakaktua dan Nuri

Kisah persahabatan Kakaktua dan Nuri berikut dikutip dari buku 101 Dongeng Sebelum Tidur, penerbit Laksana (2017).

Kisah Kakaktua dan Nuri

Dahulu kala, di Manikan, Burung Burung Nuri berteman baik. Suatu hari mereka bercengkerama di atas dahan. 

“Apa yang akan kita makan, kawanku?” tanya si Burung Nuri. 

“Bagaimana kalau kita menebang sagu?” tanya Burung Kakaktua, “Lihatlah, begitu banyak pohon sagu berjejer di Dusun Sagu. Kita bisa ke sana, bukan?” 

Tak berapa lama, mereka pun sampai di Dusun Sagu. “Lalu, bagaimanakah cara menebang sagu ini?” tanya Burung Nuri. 

“Mudah saja,” jawab Burung Kakaktua. “Kita lubangi pangkal pohon ini. Kita lepas kulitnya dan kita pukul pukul dengan kayu untuk mengambil isinya.”

“Ah, aku tidak setuju cara itu,” kata Burung Nuri. 

“Begini saja, kita lubangi ujung dan pangkal pohon itu. Kita korek dengan sebatang kayu untuk mengeluarkan isinya.” Burung Kakatua tidak peduli dengan usul Burung Nuri. 

Ia melakukan sesuai apa yang dikatakannya sendiri. Melihat Burung Kakaktua tidak peduli, Burung Nuri terpaksa mengikuti. Mereka mulai melubangi pangkal pohon sagu. 

Burung Nuri melubangi sisi batang sagu yang menghadap ke timur. Burung Kakaktua melubangi sisi batang sisi yang menghadap ke barat. Akhirnya pohon tersebut tumbang. Mereka melepas kulit batang sagu itu. Setelah kulit sagu itu terlepas, mereka mulai memukul-mukul batang sagu. Cara ini sangat melelahkan bagi Burung Nuri. 

Ia terus mengomel, tetapi Burung Kakaktua tidak peduli. Akhirnya, Burung Nuri marah. Ia memukulkan kayu ke kepala Burung Kakaktua. Sahabatnya berteriak kesakitan. 

Burung Nuri terkejut melihat luka di kepala Burung Kakaktua. Ia segera membawa sahabatnya pulang dan merawatnya. Ia sangat menyesal memperlakukan sahabatnya dengan kasar. Luka di kepala itu sembuh, tetapi meninggalkan bekas di kepalanya. 

Itulah sebabnya di kepala Burung Kakaktua, tepatnya di bawah jaumbulnya, tidak ada kulit yang tidak ditumbuhi bulu.

12. Cerita fantasi tentang hewan untuk pengantar tidur anak: Buaya Ajaib

Cerita fantasi pendek pengantar tidur anak berikut dikutip dari buku 101 Dongeng Sebelum Tidur, penerbit Laksana (2017).

Buaya Ajaib

Di sekitar Sungai Tami, tinggallah seorang lelaki bernama Towjatuwa beserta istri dan anaknya. Suatu ketika, istrinya akan melahirkan. Si istri mengalami kesakitan yang luar biasa. Towjatuwa tidak tega melihat istrinya kesakitan. 

Towjatuwa mencari-cari benda tajam di sekitar sungai. Setelah sekian lama, ia tak menemukan apa pun. Laki-laki itu semakin panik. Tiba-tiba ada suara parau menyapanya, “Towjatuwa, apa yang kau cari di kediamanku?” Towjatuwa sangat terkejut melihat seekor buaya besar berwarna hijau dan berkulit kasar.

Punggungnya ditumbuhi bulu warna-warni menyerupai burung kasuari. Melihat Towjatuwa ketakutan, sang buaya kembali menyapanya dengan nada suara yang lebih lembut. Ia mengenalkan diri bernama Watuwa. 

Lalu, Towjatuwa menceritakan kesulitannya. “Aku mengerti sekarang. Kau pulanglah,” kata Watuwa kemudian. 

“Jangan khawatir. Nanti malam, aku akan datang membantu kalian.” Towjatuwa pun segera pulang. Malamnya, Watuwa memenuhi janjinya. 

Dengan kesaktiannya, buaya itu menolong istri Towjatuwa melahirkan. Tak seberapa lama, lahirlah seoarang bayi laki-laki yang sehat dan tampan. 

“Berilah nama Narrowra,” pesan Watuwa. “Kelak ia akan menjadi seorang pemburu ulung. Namun, berjanjilah, Tawjatuwa. Kau dan keturunanmu tidak akan membunuh atau memakan daging bangsa kami Jika janji itu kalian langgar, kau dan keturunanmu akan celaka.”

Tawjatuwa sangat berutang budi kepada Watuwa. Ia berjanji tidak akan menganggu Watuwa dan keturunannya. Tawjatuwa pun melarang keturunannya untuk membunuh atau menyantap buaya. Sejak itu, buaya sangat dilindungi di Sungai Tami.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak kumpulan dongeng lainnya dalam video di bawah ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *