China Kecam Aksi AS Tembak Jatuh Balon Udara Riset yang Dituduh Alat Mata-Mata

FILE - Bendera Amerika dan China berkibar di Taman Salju Genting menjelang Olimpiade Musim Dingin 2022, 2 Februari 2022, di Zhangjiakou, China. Menteri Luar Negeri Antony Blinken telah menunda perjalanan diplomatik akhir pekan berisiko tinggi yang direncanakan ke China karena pemerintahan Biden mempertimbangkan tanggapan yang lebih luas terhadap penemuan balon China terbang tinggi di atas situs sensitif di Amerika Serikat bagian barat, kata seorang pejabat AS.
REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI — Beijing pada Ahad (5/2/2023) mengecam keputusan Pentagon untuk menembak jatuh balon udara yang diklaim China sebagai alat riset saat terbang di wilayah udara Amerika Utara, dengan menuduh sebagai balon mata-mata. Menurut China aksi AS tersebut sangat berlebihan dan secara serius melanggar praktik internasional.
“China mengungkapkan ketidakpuasan dan protes yang kuat terhadap penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat untuk menyerang pesawat sipil tak berawak,” kata kementerian luar negeri Beijing dalam sebuah pernyataan. Pihaknya juga menambahkan China berhak untuk melakukan tanggapan lebih lanjut yang diperlukan atas aksi pesawat AS ke balon udara milik China tersebut.
Balon udara itu menghabiskan beberapa hari terbang di atas kawasan udara Amerika Utara, yang pada akhirnya meningkatkan ketegangan antara Washington dan Beijing. Kemudian balon tersebut dijatuhkan oleh tembakan rudal dari jet F-22 pada hari Sabtu, sebagaimana dilaporkan pejabat keamanan AS di Pentagon.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyebut operasi itu sebagai “tindakan yang disengaja dan sah” yang dilakukan sebagai tanggapan atas “pelanggaran kedaulatan kita yang tidak dapat diterima” oleh China. Pejabat Amerika pertama kali mengatakan pada Kamis bahwa mereka melacak objek yang diduga balon pengintai dari China yang muncul di langit AS.
Hal itu menyebabkan Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada hari Jumat membatalkan perjalanannya ke Beijing. Padahal kunjungan itu dirancang untuk menurunkan eskalasi ketegangan antara AS dan China.
Setelah keraguan awal, Beijing akhirnya mengakui kepemilikan objek “balon” tersebut, tetapi mengatakan itu adalah balon yang dipergunakan untuk penelitian cuaca yang telah diterbangkan. Kementerian luar negeri China pada hari Ahad (5/2/2023) mengatakan telah “dengan jelas meminta agar Amerika Serikat menangani masalah ini dengan baik dengan cara yang tenang, profesional, dan terkendali”.
Beijing mengatakan jika Amerika Serikat bersikeras menggunakan kekuatan, jelas itu adalah reaksi berlebihan dan secara serius melanggar praktik internasional. “China akan dengan tegas melindungi hak dan kepentingan yang sah dari perusahaan terkait dan berhak untuk melakukan tanggapan lebih lanjut yang diperlukan,” kata Kementerian Luar Negeri China itu dalam pernyataannya.